Taubat dan Syirik
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semsta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada bagidan RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Syirik merupakan kezaliman terberat dan dosa terbesar terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala. Berbuat syirik juga berarti berbuat kurang ajar terhadap Allah 'Azza wa Jalla. Bagaimana tidak, makhluk yang lemah, senantiasa butuh kepada rizki Allah, tidak kuasa atas hidup dan matinya sendiri disamakan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala sang pencipta semua makhluk, pemberi rizki, menghidupkan dan mematikan mereka, dan Maha kuasa atas segala sesuatu.
Seorang musyrik menyamakan sesuatu yang tidak memiliki kekuasaan atas apapun jua dengan Dzat yang semua urusan berada ditangan-Nya. Menyamakan orang fakir dari segala sisi dengan Zat yang Mahakaya dari berbagai sisi. Menyamakan yang tidak memberikan rizki sedikitpun dengan Zat yang telah menciptakan apa yang menjadi rizki bagi manusia dan menganugerahkan semua itu kepadanya. Maka adakah kezaliman yang lebih dahsyat dari ini?
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang nasihat Luqman kepada putranya agar tidak berbuat syirik,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar." (QS. Luqman: 13)
Allah Ta'ala berfirman,
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-An'am: 82)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menjelaskan maksud zulm (kezaliman) pada ayat di atas adalah syirik. Turunnya ayat ini membuat gundah para sahabat beliauShallallahu 'Alaihi Wasallam. Mereka berkata, "Siapakah di antara kami yang tidak menzalimi dirinya?" Nabi menjawab, "Maksudnya tidak seperti yang kalian kira. Tidakkah kalian mendengar perkataan Luqman kepada putranya, 'Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar'." (HR. Bukhari)
Begitu kurang ajarnya tindakan syirik, maka sangat wajar jika Allah ancam keras pelaku kemusyrikan dengan terhapus semua amal shalihnya, tidak diberi ampunan, haram masuk surga, dan pasti kekal di neraka.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Al-Zumar: 65)
Khitab ayat ini ditujukan kepada NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam, hamba pilihan Allah yang paling dicintai oleh-Nya. Jika beliau sampai berbuat syirik, maka tidak ada ampun bagi beliau. Semua amal-amal shalih yang sudah dikerjakannya akan terhapus dan harus merasakan azab dahsyat di akhirat. Lalu bagaimana kalau yang berbuat syirik adalah orang yang derajatnya di bawah beliau?
Tentang haramnya seorang musyrik masuk surga dijelaskan oleh firman Allah,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun." (QS. Al-Maidah: 72)
Imam Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat, "(maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka), maksudnya: sungguh Allah mengharuskan neraka baginya dan mengharamkan surga atasnya."
Tentang dalil tidak adanya ampunan untuk orang musyrik di akhirat ditunjukkan firman Allah Ta'ala,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. Al-Nisa': 48)
Perlu dipahami, ayat-ayat di atas yang menerangkan ancaman perbuatan syirik berlaku di akhriat. Yakni orang yang bertemu Allah Ta'ala dengan membawa dosa syirik dan belum bertaubat darinya, maka ia tidak akan disucikan, tidak diampuni dosa dan kesalahannya, dan diharamkan atasnya masuk surga sehingga ia kekal di neraka.
Maka siapa yang saat ia mati masih membawa dosa syirik dan tidak bertaubat darinya sebelum wafatnya, maka ia tidak akan mendapatkan ampunan dari AllahSubhanahu wa Ta'ala. Allah telah haramkan ampunan bagi dosa syirik yang pelakunya tidak bertaubat sebelum meninggalnya. Hal ini berbeda, -sebagaimana disebutkan pada QS. Al-Nisa': 48- dengan dosa selain syirik yang dibawa mati pelakunya, ia berada di bawah Masyi-Ah (kehendak) Allah. Artinya, jika Allah berkenan maka akan mengampuninya, dan jika berkehendak lain akan menyiksanya sesuai dengan kadar dosanya lalu akan mengelurkannya dari neraka dan memasukkannya ke dalam surga. Sehingga tempat singgah terakhirnya adalah di surga. Ini berlaku bagi seorangMuwahhid yang mati membawa dosa yang tingkatannya di bawah syirik.
Adakah Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan?
Seseorang yang telah terjerumus ke dalam kesyirikan lalu sadar akan kesalahannya dan besarnya dosa yang telah diperbuat, ia tidak boleh berputus asa dari ampunan dan taubat Allah Ta'ala, "Karena sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Zumar: 53)
Ayat ini berbicara tentang pelaku dosa dalam hukum dunia, sebagai kabar gembira bagi pelaku maksiat bahwa ia masih memiliki kesempatan untuk diampuni dosa jika bertaubat sebelum wafat. Bukan hanya dosa yang kategorinya maksiat saja, bahkan syirik pun masih ada kesempatan mendapat ampunan jika bertaubat sebelum wafat. Karena Allah menyebutkan, "Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya."
Perlu dicamkan, ayat ini tidak berlaku di akhirat. Karena jika diterapkan demikian pastinya akan membatalkan sejumlah nash Al-Qur'an dan sunnah yang berisi ancaman terhadap dosa syirik yang dibawa mati. Ia juga akan menggugat kesepakatan umat, tidak ada ampunan bagi pelaku dosa syirik pada hari kiamat di mana ia belum bertaubat darinya saat masih di dunia. Jika ayat ini dibawa kepada hukum akhirat, maka batallah keyakinan kaum muslimin bahwa surga tidak dimasuki kecuali oleh jiwa muslimah atau mukminah. Maka sesatlah pemahaman orang yang membawa QS. Al-Zumar: 53 ini kepada hukum di akhirat.
Dalil Adanya Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan
Pelaku kesyirikan masih memiliki kesempatan untuk dihapuskan dosanya selama ia masih hidup, yakni dengan bertaubat darinya sebelum wafat. Hal ini dikuatkan oleh beberapa nash Al-Qur'an dan Sunnah Shahihah, antara lain:
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
وَالَّذِينَ لا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً . يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً . إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَحِيماً
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Furqan: 68-70)
Ayat di atas sangat jelas menunjukkan adanya ampunan Allah Ta'ala bagi semua dosa, sampai syirik, selama ia bertaubat sebelum wafat. Bahkan ayat menerangkan keutamaan besar bagi mereka yang bertaubat, yakni diganti keburukannya dengan kebaikan.
Dari Abu Farwah rahimahullah, dia mendatangi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan berkata: "(Ya Rasulullah!) bagaimana menurutmu, jika ada seseorang yang mengerjakan semua perbuatan dosa dan tidak meninggalkan satu perbuatan dosa pun serta tiada keinginan untuk berbuat dosa kecuali ia lakukan. Apakah ada taubat baginya untuk semua itu?"
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallambertanya: "Apakah kamu sudah masuk Islam?"
Ia menjawab, "Adapun saya bersaksi tiada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah."
Beliau bersabda: "Berbuat baiklah dan tinggalkan perbuatan buruk, maka Allah akan menjadikan semua perbuatan buruk itu sebagai kebaikan bagimu." Ia berkata: "penghianatan dan kejahatanku?" Beliau menjawab: "ya." Ia terus menerus bertakbir hingga tidak terlihat lagi." (HR. Thabrani)
Hal ini berbeda dengan orang yang memberikan sesembahan kepada selain Allah dan tidak bertaubat darinya hingga wafat. Ia berjumpa dengan Allah dengan membawa dosa syirik tersebut, maka bagiannya adalah, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik." (QS. Al-Nisa': 48)
Adapun Hadits, sangat banyak sabda NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam yang menjelaskan adanya harapan ampunan bagi pelaku kesyirikan yang bertaubat sebelum wafat. Di antaranya, hadits Qudsi yang dikeluarkan Imam al-Tirmidzi,
يا ابنَ آدم إنَّك لو أَتَيتَني بِقُرابِ الأرضِ خَطايا ، ثمَّ لَقِيتَني لا تُشركُ بي شَيئاً ، لأتيتُكَ بِقُرابها مغفرةً
"Wahai Anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, lalu engkau berjumpa dengan-Ku tanpa menyekutukan sesuatu dengan-Ku, pasti Aku akan datangkan kepadamu ampunan sebanyak itu."
Sahabat Jabir Radhiyallahu 'Anhumenuturkan, ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallamlalu bertanya, "Ya Rasulallah, apa dua hal yang paling menentukan?" Beliau menjawab,
مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
"Siapa yang mati sedangkan ia tidak menyekutukan Allah dengan apapun juga, pasti ia masuk surga. Siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, pasti masuk neraka." (HR. Muslim)
Sedangkan diketahui, seseorang yang bertaubat dari dosa, ia laksana orang yang tidak melakukan dosa tersebut,
اَلتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
"Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Islam adalah agama satu-satunya yang memiliki banyak keistimewaan dan
keindahan yang sangat mengagumkan bagi siapapun yang memeluknya.
Diantara keistimewaan dan keindahan agama Islam selain sebagai satu-satunya agama yg diterima n diridhoi oleh Allah pada hari Kiamat ialah sebagai berikut:
1. Memeluk agama Islam akan menghapuskan seluruh dosa dan kesalahan orang-orang kafir yang dilakukan sebelum masuk Islam.
Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya:
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُوا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ اْلأَوَّلِينَ
Artinya: “Katakanlah (hai Muhammad, pent) kepada orang-orang kafir itu: ”Jika mereka berhenti (dari
kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali (kepada kekafiran) lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnatullah (ketetapan Allah) terhadap orang-orang (kafir) terdahulu”. (QS. Al-Anfaal: 38).
kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali (kepada kekafiran) lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnatullah (ketetapan Allah) terhadap orang-orang (kafir) terdahulu”. (QS. Al-Anfaal: 38).
Hadits ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu anhu yang menceritakan kisahnya ketika masuk Islam, ia berkata:
… فَلَمَّا جَعَلَ اللهُ اْلإِسْلاَمَ فِى قَلْبِي أَتَيْتُ النَّبِيَّ
فَقُلْتُ : ابْسُطْ يَمِيْنَكَ فَلأُ بَايِعْكَ. فَبَسَطَ يَمِيْنَهُ . قَالَ فَقَبَضْتُ يَدِى قَالَ ((مَا لَكَ يَا عَمْرُو ؟)) قَالَ قُلْتُ : أَرَدْتُ أَنْ أَشْتَرِطَ قَالَ ((تَشْتَرِطُ بِمَاذَا ؟)) قُلْتُ : أَنْ يُغْفَرَلِى. قَالَ ((أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الإِسْلاَمَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ ؟ وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَاكَانَ قَبْلَهَا ؟ وَ أَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ ؟))
فَقُلْتُ : ابْسُطْ يَمِيْنَكَ فَلأُ بَايِعْكَ. فَبَسَطَ يَمِيْنَهُ . قَالَ فَقَبَضْتُ يَدِى قَالَ ((مَا لَكَ يَا عَمْرُو ؟)) قَالَ قُلْتُ : أَرَدْتُ أَنْ أَشْتَرِطَ قَالَ ((تَشْتَرِطُ بِمَاذَا ؟)) قُلْتُ : أَنْ يُغْفَرَلِى. قَالَ ((أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الإِسْلاَمَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ ؟ وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَاكَانَ قَبْلَهَا ؟ وَ أَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ ؟))
Artinya: “Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi shallallahu alaihi wasallam, dan aku berkata: ”Bentangkanlah tanganmu. Aku akan berbai’at kepadamu.” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam membentangkan tangan kanannya. Dia (‘Amr bin ‘Ash) berkata: ”Maka aku tahan tanganku (tidak menjabat tangan Nabi shallallahu alaihi wasallam).” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya: ”Ada apa, hai ‘Amr?” Dia berkata: ”Aku ingin minta syarat.” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya: ”Apakah syaratmu?” Maka aku berkata: ”Agar (dosa-dosa dan kesalahan) aku diampuni.” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: ”Apakah engkau belum mengetahui, bahwa sesungguhnya (masuk) Islam itu menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya. Hijrah itu menghapuskan dosa-dosa sebelumnya. Da haji itu menghapuskan dosa-dosa sebelumnya?” (HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman, I/112, nomor. 121).
2. Apabila seorang masuk Islam kemudian ia membaguskan kwalitas keislamannya, maka ia tidak disiksa atas perbuatannya ketia dia masih kafir, bahkan Allah Ta’ala akan melipatgandakan (pahala)amal-amal kebaikan yang dilakukannya.
Hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam sebuah hadits berikut ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ :”إِذَ أَحْسَنَ
أَحَدُكُمْ إِسْلاَمَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ بِعَشْرِ
أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ . وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ بِمِثْلِهَا حَتَّى يَلْقَى اللهَ
أَحَدُكُمْ إِسْلاَمَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ بِعَشْرِ
أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ . وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ بِمِثْلِهَا حَتَّى يَلْقَى اللهَ
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ”Jika salah seorang diantara kalian membaguskan (kwalitas) Islamnya, maka setiap kebaikan yang dilakukannya akan ditulis (oleh Allah)sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Adapun keburukan yang dilakukannya, akan ditulis (oleh Allah)satu kali (saja) sampai ia berjumpa dengan Allah (maksudnya hingga ia mati, pent).”. (HR. Muslim di dalam Kitab Al-Iman, I/118 nomor. 129).
3. Islam tetap menghimpun amal-amal kebaikan yang pernah dilakukan
seseorang, baik ketika ia masih kafir maupun ketika sudah menjadi seorang muslim.
seseorang, baik ketika ia masih kafir maupun ketika sudah menjadi seorang muslim.
Hal ini sebagaimana ditunjukkan hadits shohih berikut ini:
عَنْ حَكِيْم بْنِ حِزَامٍ قَالَ: قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَيْتَ أَشْيَاءَ كُنْتُ أَتَحَنَّثَُ بِهَا فِى الْجَاهِلِيّةِ مِنْ صَدَقَةٍ أَوْ عَتاقَةٍ أَو صِلَةِ رَحِمٍ ، فَهَلْ فِيْهَا مِنْ أَجْرٍ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ :”أَسْلَمْتَ عَلَى مَا سَلَفَ مِنْ خَيْرٍ
Dari Hakim bin Hizam, ia berkata: ”Wahai Rasulullah, apakah engkau
memandang perbuatan-perbuatan baik yang aku lakukan sewaktu masa
jahiliyah (kafir), seperti: shodaqoh, membebaskan budak atau silaturahim tetap mendapat pahala?” Maka Nabi bersabda: ”Engkau telah masuk Islam beserta semua kebaikanmu yang terdahulu.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Zakat, nomor. 1436. Lihat juga hadits nomor. 2220, 2538, 5992).
memandang perbuatan-perbuatan baik yang aku lakukan sewaktu masa
jahiliyah (kafir), seperti: shodaqoh, membebaskan budak atau silaturahim tetap mendapat pahala?” Maka Nabi bersabda: ”Engkau telah masuk Islam beserta semua kebaikanmu yang terdahulu.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Zakat, nomor. 1436. Lihat juga hadits nomor. 2220, 2538, 5992).
4. Islam menjadi sebab terhindarnya seorang hamba dari siksa api neraka.
Hal ini berdasarkan hadits shohih berikut ini:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ غُلاَمٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ فَمَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ يَعُودُهُ، فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ
فَقَالَ لَهُ : ((أَسْلِمْ)) فَنَظَرَ إِلَى أَبِيْهِ وَ هُوَ عِنْدَهُ
فَقَالَ لَهُ : أطِعْ أَبَا الْقَاسِمْ فَأَسْلَمَ فَخَرَجَ النَّبِيُّ
وَهُوَ يَقُولُ : (الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ ))
فَقَالَ لَهُ : ((أَسْلِمْ)) فَنَظَرَ إِلَى أَبِيْهِ وَ هُوَ عِنْدَهُ
فَقَالَ لَهُ : أطِعْ أَبَا الْقَاسِمْ فَأَسْلَمَ فَخَرَجَ النَّبِيُّ
وَهُوَ يَقُولُ : (الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ ))
Dari Anas radhiyallahu anhu, ia berkata : “Ada seorang anak Yahudi yang selalu membantu Nabi shallallahu alaihi wasallam, kemudian ia sakit. Maka Nabi datang menjenguknya, lalu beliau duduk di dekat kepalanya, seraya mengatakan: ”Masuklah ke dalam agama Islam,”
maka anak Yahudi itu melihat ke bapaknya yang berada di sisinya,
maka bapaknya berkata kepadanya: ”Taatilah (perintah) Abul Qasim (yakni Nabi).” Maka anak itu akhirnya masuk Islam. Kemudian Nabi keluar, seraya mengucapkan: ”Segala puji hanya milik Allah yang telah menyelamatkannya dari siksa api neraka.” (HR. Al-Bukhari, hadits nomor. 1356 n 5657).
maka anak Yahudi itu melihat ke bapaknya yang berada di sisinya,
maka bapaknya berkata kepadanya: ”Taatilah (perintah) Abul Qasim (yakni Nabi).” Maka anak itu akhirnya masuk Islam. Kemudian Nabi keluar, seraya mengucapkan: ”Segala puji hanya milik Allah yang telah menyelamatkannya dari siksa api neraka.” (HR. Al-Bukhari, hadits nomor. 1356 n 5657).
Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“…إِنَّهُ لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ وَإِنَّ اللهَ لَيُؤَيِّدُ هَذَا الدِّيْنَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ ”
Artinya: “…Sesungguhnya tidak akan masuk surga, melainkan jiwa yg muslim. Dan sesungguhnya (bisa saja) Allah menolong agama ini dengan orang-orang fajir (orang muslim yg melakukan dosa-dosa namun tidak menyebabkannya keluar dari Islam, pent).” (HR. Al-Bukhari, Kitab Jihad, hadits nomor. 3062 dan 4203; dan Muslim, I/105 nomor. 111).
5. Kemenangan, kesuksesan dan kemuliaan hanya terdapat dalam agama Islam.
Hal ini berdasarkan hadits shohih berikut ini:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو ابْن الْعَاصِ, أَنَّ رَسُولَ اللهِ قَالَ :”قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ ”
Artinya: Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah bersabda: ”Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam dan diberi rizki yang cukup. Dan Allah memberikan kepadanya sifat Qona’ah (selalu merasa cukup n puas) atas rizki yang ia terima.” (HR. Muslim dalam Kitab Zakat, Juz II/730, hadits
nomor. 1054).
nomor. 1054).
Umar bin Khathab radhiyallahu anhu berkata: ”Kami adalah suatu kaum yang telah dimuliakan oleh Allah dengan (memeluk) agama Islam. Maka, apabila kami mencari
kemuliaan dengan selain cara-cara Islam, niscaya Allah akan menghinakan kami.” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, I/62. Dan ia berkata: “(Hadits ini) Shahih.” Dan imam Adz-Dzahabi menyepakatinya).
kemuliaan dengan selain cara-cara Islam, niscaya Allah akan menghinakan kami.” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, I/62. Dan ia berkata: “(Hadits ini) Shahih.” Dan imam Adz-Dzahabi menyepakatinya).
Demikianlah beberapa keistimewaan dan keindahan agama Islam yang akan diraih oleh seorang hamba di dlm kehidupan dunia n akhirat. Semoga Allah memberikan taufiq n pertolongan-Nya kpd kita semua agar selalu istiqomah n konsekuen dlm memegang teguh ajaran agama Islam yg murni hingga akhir hayat. Dan semoga Allah membebaskan kita semua dari siksaan api Neraka, dan memasukkan kita ke dalam Surga-Nya yg hakiki nan abadi.
Komentar
Posting Komentar