CHRISTIANITY FACTS: Paus Dan Dogma Hidup Selibat
"Sex Lives of The Popes""Sex Lives of The Popes"
Dalam "bungkus" resmi, Paus merupakan pimpinan tertinggi sebuah institusi terbesar dan berkuasa di muka bumi bernama Tahta Suci Vatikan. Paus adalah orang suci dan disucikan, setidaknya dalam keyakinan umat Katolik. Bahkan dia kerap disapa dengan "Bapa Suci". Tiap perkataan yang keluar dari bibirnya menjadi titah bagi umat Katolik sedunia.
Tapi bagaimanapun kehidupan para Paus sesungguhnya jauh dari predikat suci, banyak tindakan para Paus turun temurun yang jika ditinjau oleh mata normal sudah cukup menjatuhkan reputasi mereka sebagai manusia yang dianggap duduk ditahta suci dan sebagai manusia yang dipercaya dapat memberikan pedoman pada golongan agamawan tertentu atau Katolik. Terlebih karena kesalahan yang tercipta akibat pelanggaran dogmatis ciptaan mereka sendiri, salah satunya yang paling kontroversi adalah hidup selibat yang ternyata tidak semua Paus dan Orang Suci (Santo atau Santa) mengikutinya.
Asal Mula Dogma Hidup Selibat
Dogma hidup selibat atau berpantang menikah bagi seorang Paus dan juga bagi para Biarawati dan Biarawan atau Pendeta Katolik sudah menjadi tradisi yang berjalan ratusan bahkan ribuan tahun. Namun ternyata, dogma yang dikatakan mengikuti "jalan hidup" Yesus yang mereka yakini tidak pernah menikah dalam hidupnya itu, sesungguhnya tidak berasal dari awal Katolikisme itu sendiri.
Santo Petrus sebagai peletak batu Tahta Suci Vatikan pertama, sehingga namanya diabadikan dalam nama Basilika Santo Petrus, ternyata tidak menjalankan hidup selibat. Santo Petrus menikah dan memiliki anak keturunan. Injil-Injil Kanonik seperti Injil Markus, Matius, dan Lukas menyebutkan fakta bahwa Paus pertama ini memiliki seorang isteri ketika Yesus menemuinya.
Nigel Cawthorne dalam "Sex Lives of the Popes" (London, 2004) yang telah diindonesiakan menjadi "Rahasia Kehidupan Seks Para Paus" (Alas, 2007), menulis bahwa Santo Paulus di dalam surat pertamanya kepada orang-orang Korintus menceritakan bahwa Petrus membawa serta isteri dan keluarganya dalam perjalanan-perjalanannya selama masa kerasulan. Jasad Santa Petronilia yang dikuburkan di Roma telah lama dimuliakan sebagai putri dari Santo Petrus.
Menurut Cawthorne, Santo Paulus juga bukan bujangan. "Orang yang disucikan" ini berperan sangat besar dalam merancang dan membentuk dogma seksualitas Vatikan. Cawthorne menulis, "dia adalah seorang duda yang lama menderita akibat pernikahannya yang tidak membahagiakan."
Cawthorne mengutip surat pertama Santo Paulus kepada orang-orang Korintus yang berbunyi: "Apakah aku tidak punya hak untuk memiliki isteri beragama Kristen seperti para rasul yang lain"
Paulus juga mengatakan, "Lebih baik menikah dari pada terbakar." Istilah "terbakar" dianggap memiliki makna "terbakar nafsu".
Dogma selibat bagi para Biarawati pun sesungguhnya tidak murni berasal dari Kekristenan awal, melainkan berasal dari ritual paganisme Roma yang diistilahkan dengan nama "Para Perawan Vesta" yang terdiri dari para pendeta perempuan Dewi Vesta yang salah satu tugasnya memelihara nyala api Vesta dengan menjaga keperawanannya.
"Simbol Paganisme Dewi Vesta""Simbol Paganisme Dewi Vesta"
"Hanya saja, para perawan Dewi Vesta ini pun jarang yang mampu menjaga kesuciannya. Banyak dari mereka yang dipenjarakan karena tidak mampu mempertahankan keperawanannya," tulis Cawthorne.
Jadi, entah dari mana kehidupan selibat dikalangan Gereja mulai berasal dimana tidak ada tuntunannya dalam Bible. Tapi sama dengan berbagai dogma irasional Gereja lainnya, dogma yang bertentangan dengan fitrah manusia ini pun berperan penting dalam memperlihatkan kebobrokan Gereja dan Vatikan dimata masyarakat.
Yesus Hidup Selibat?
Para sejarawan Barat sendiri masih silang pendapat soal apakah Yesus sungguh-sungguh hidup selibat ataukah telah melakukan pernikahan. Dalam Injil Gnostik macam Injil Thomas yang oleh Vatikan dimasukkan dalam kategori Injil Apokrif (Injil terlarang), disebutkan bahwa Yesus telah melangsungkan pernikahan di Qana, Lebanon. Pandangan Injil Gnostik ini selaras dengan Hukum Mishnais kaum Yahudi yang mengatakan, "Seorang lelaki yang tidak menikah tidak akan bisa menjadi Guru."
Dalam pandangan kelompok ini, adalah mustahil Yesus diterima menjadi seorang Guru dan Raja kaum Yahudi jika ia sendiri tidak menikah. Bahkan Yesus tidak mungkin bisa mengunjungi tanah suci dan berkotbah di sana jika ia belum menikah.
"The Holy Bloodl & Jesus The Man""The Holy Bloodl & Jesus The Man"
Bagi penulis "The Holy Blood Holy Grail" (Henry Lincoln dkk, 1982) disebutkan bahwa Yesus menikahi Maria Magdalena di Desa Qana, Lebanon. Bahkan Barbara Thiering dalam "Yesus The Man" menuturkan dengan berani bahwa pasangan Yesus dan Maria Magdalena memiliki anak, dua anak lelaki dan satu perempuan. Digambarkan bahwa sebelum disalib Yesus sebenarnya sempat mengawini Maria Magdalena dan mewariskan gerejanya kepada Maria Magdalena, bukan kepada Santo Petrus yang kemudian melanjutkan pendirian Gereja di Roma.
Pada tahun 44 M, lanjut Thiering, Yesus dikatakan menikah lagi dengan Lydia, uskup perempuan dari para "perawan" Thyiatira. Ada yang mengatakan sebelum Yesus menikahi Lydia dia bercerai dulu dengan Maria Magdalena.
Namun yang lebih mengagetkan adalah apa yang termaktub di dalam Injil Thomas, salah satu Injil Gnostik, bahwa Yesus selain menikahi Maria Magdalena ternyata juga mengawini Salome "Sang Pemikat".
Kehidupan Selibat Para Paus
"Santo Jerome""Santo Jerome"
Dogma selibat yang bertentangan dengan fitrah kemanusiaan ini menimbulkan aib dalam perjalanan Gereja sejak masa awal. Paus Damasus I (366-384) merupakan salah satu Paus yang oleh Sekretarisnya sendiri, Santo Jerome, dituding sebagai Paus yang rendah moralitasnya. "Perawan Kristen berjatuhan setiap hari," ujar Santo Jerome.
Damasus akhirnya diseret oleh Dewan Gereja yang terdiri dari 44 Uskup dan dikenai tuduhan telah melakukan perzinahan. Walau demikian, ketika meninggal, Paus Damasus I diangkat sebagai Santo atau Orang Suci, predikat yang tidak seharusnya dia sandang.
Paus Clemens V (1305-1314) merupakan salah seorang Paus yang terkenal dalam sejarah Eropa. Dia-lah yang membantu Raja Perancis, King Philip Le Bel, dalam menumpas Ksatria Templar di tahun 1307. Dalam menumpas Templar, Paus Clemens menyatakan bahwa alasan penumpasan itu dikarenakan Templar telah banyak melakukan "Heresy" atau Bidah terhadap Gereja.
"Paus Clemen V""Paus Clemen V"
Namun di sisi lain, Paus Clemens V ternyata oleh para sejarawan Barat juga dianggap sebagai orang yang suka berzina dan memiliki banyak gundik. Salah satu gundiknya yang terkenal bernama Countess Perigord, seorang perempuan cantik putri dari Earl Foix. Konon, siapa saja yang mencari berkah sang Paus harus menaruh surat permohonannya di dada putih sutera Countess Perigord.
Tentang Clemens, Catholic Encyclopaedia bahkan menulis, "Seorang pecinta hiburan, pecinta perjamuan yang mewah, di mana para perempuan amat bebas bergabung." Di masa Clemens-lah, institusi Gereja dibuat sedemikian kotor sehingga kecabulan terlihat dengan kasar dan ada di mana-mana.
Sejarawan Joseph McCabe bahkan menemukan adanya bukti jual-beli rumah bordil antara seorang pejabat kepausan dengan seorang janda dokter di mana dalam kertas pembelian itu tertulis, "Atas nama Tuhan Kita Yesus Kristus." (Cawthorme, hal. 126).
Surat Kabar Italia La Republica 21-3-2001 yang terbit di Vatikan pada hari rabu, mengabarkan tentang banyaknya kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan biarawati yang dilakukan oleh pastur dan uskup di gereja Katolik, lalu mereka memaksa para biarawati itu agar menggugurkan kandungannya untuk mencegah terbongkarnya skandal. Dalam berita itu, terbongkarlah rahasia yang menyatakan bahwa para uskup dan pendeta menggunakan otoritas agama mereka di beberapa negara, untuk melakukan hubungan seks dengan biarawati secara paksa. Hal ini terbukti dengan laporan tentang banyaknya terjadi pelecehan seksual di 23 negara, diantaranya: Amerika Serikat, Brazil, Philipina, India, Irlandia, dan Italia, bahkan di dalam gereja Katolik (Vatikan) itu sendiri, juga di beberapa negara Afrika lainnya.
Doktrin “larangan menikah bagi pastor” (celibacy), masih tetap dipertahankan, meskipun sekarang mulai banyak para teolog Katolik yang menggugat larangan kawin ini. Prof Hans Kung, misalnya, melalui bukunya, "The Catholic Church : A short history" (New York: Modern Library, 2003), menyebut doktrin celibacy bertentangan dengan Bible (Matius, 19:12, 1 Timotius, 3:2). Doktrin ini, katanya, juga menjadi salah satu sumber penyelewengan seksual di kalangan pastor. Logikanya, jika Yesus saja kawin dan mewariskan gerejanya kepada wanita, maka mengapa pengikutnya dilarang kawin dan melarang wanita menjadi pastor?
Dogma hidup selibat ternyata banyak dirusak oleh Paus dan Para Pendetanya sendiri. Para sejarawan Barat dengan teliti dan berani, menyingkap banyak ketidak-senonohan yang terjadi di Gereja pada masa-masa awal kekristenan hingga saat kini yang melibatkan Paus sendiri. Terlebih yang paling buruk diantara mereka masih saja mengatasnamakan "pekerjaan Tuhan" dalam kehidupan kotor yang mereka jalani.
Sejumlah kasus yang melanda gereja, seperti pedofilia, perzinahan, dan sodomi, yang mencuat beberapa tahun lalu di beberapa negara sesungguhnya bukan hal yang baru. Karena di masa-masa dahulu yang terjadi bahkan jauh lebih menyeramkan ketimbang sekarang. Inikah hidup selibat yang mereka banggakan sebagai teladan jalan hidup Yesus?
👉 jangan update sembarangan 👈
Komentar
Posting Komentar