Nabi Muhammad buta huruf, begitulah kata non muslim mari kita hancurkan tanggapan mereka

Dari berbagai sumber



Cara-cara yang ditempuh misionaris untuk menggempur akidah umat Islam semakin kasar dan arogan. Dalam weblog “Secret of Quran,” mereka menggugat keabsahan Alquran dengan berbagai tuduhan yang membabi-buta.


Dalam artikel “Sepuluh Kesalahan Fatal Muslim,” admin yang menamakan diri Siap Murtad menuduh seluruh isi Alquran bukan firman Allah, tapi murni ajaran Muhammad. Sang misionaris menuduh Alquran bukan firman Tuhan karena diturunkan kepada nabi yang buta huruf:

“Seseorang yang buta huruf tapi mempunyai panca indera komplit, bukanlah suatu keajaiban bila ia bisa membuat suatu karangan, apalagi itu hanya hasil contekan. Quran sendiri dibuat sekitar 20 tahun dan hanya terdiri dari lebih dari 6.000 ayat, maka rata-rata dalam satu hari Muhammad hanya perlu membuat kurang dari satu ayat, dengan bahan yang sudah tersedia, yaitu ucapan para Ahli Kitab ketika berkhotbah. Belum lagi pengaruh Waraqah melalui istrinya Khadijah, budak Koptik gundiknya.”

Dengan tuduhan ini, sang misionaris ingin menciptakan situasi kontradiktif tentang pribadi Nabi Muhammad Saw. Menurutnya, jika Rasulullah adalah manusia yang buta aksara (ummiy), bagaimana bisa mengarang kitab suci? Dengan kontradiksi yang diciptakannya, ia menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad bukan sosok ummiy karena bisa mengarang ribuan ayat Alquran selama 20 tahun dengan cara mencontek karangan kuno, puisi kuno dan tradisi kekristenan.

Sebelum menjawab tuduhan, perlu diketahui bahwa Nabi Muhammad buta huruf padahal kondisi fisiknya sempurna, bukanlah sebuah aib kenabian, melainkan takdir dan skenario Allah untuk menggenapi nubuwat para nabi terdahulu: “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka...” (Qs Al-A’raf 157).

Tuduhan-tuduhan di atas terbantah oleh fakta-fakta sebagai berikut:

Pertama, secara ilmiah tuduhan ini tertolak dengan penelitian sastra yang membandingkan gaya bahasa Alquran dan hadits. Dunia mengakui bahwa keduanya sama-sama disampaikan oleh Rasulullah Saw. Bedanya, Alquran adalah wahyu Allah baik redaksi bahasa maupun maknanya. Sedangkan hadits nabi, lafal dan maknanya dinisbatkan kepada Rasulullah Saw.

Meski sama-sama disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw, tapi gaya bahasa Alquran dan hadits sangat berbeda. Seandainya Alquran adalah sabda Nabi Muhammad, dapat dipastikan akan terdapat kesamaan dan persamaan antara Alquran dan hadits. Karena sudah menjadi aksioma di kalangan ahli sastra, bahwa tidak mungkin seseorang memiliki dua gaya bahasa yang berbeda gaya dan prinsip penuturan.

Kedua, secara teologis, Allah menegaskan dalam kitab suci bahwa Muhammad adalah seorang nabi yang ummiy (buta aksara):

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummiy (buta huruf) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah” (Qs Al-Jumu’ah 2).

Karena tidak bisa baca-tulis, otomatis Rasulullah Saw tidak pernah membaca kitab-kitab apapun. Maka rontoklah tuduhan bahwa Alquran adalah kitab karangan Nabi Muhammad dengan cara apapun:

“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak pernah menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkarimu” (Qs Al-’Ankabut 48).

Ketiga, dalam Alquran banyak dijumpai ayat yang merupakan kritik atau teguran terhadap Nabi Muhammad, misalnya:

 “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs At-Tahrim 1).

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam” (Qs At-Taubah 113).

“Dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti” (Qs Al-Ahzab 37).

Dari berbagai kritik/teguran tersebut, akan membuat akal sehat sulit menerima klaim bahwa penulisnya adalah Nabi Muhammad Saw. Setiap manusia pasti tidak mau mengabadikan kisah aib dirinya sendiri, terlebih dalam kitab suci.

Keempat, Alquran banyak memuat informasi yang di luar jangkauan pengetahuan pada zaman Nabi Muhammad, misalnya: 

“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun lagi” (Qs Al-Kahfi 25).

Bila dikalkulasi, 300 tahun merupakan penanggalan Masehi yang sama persis dengan 309 tahun penanggalan Hijriyah. Karena penambahan 9 tahun merupakan penambahan berdasarkan penanggalan Hijriyah. 

“Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit” (Qs. Al-An’am 125).

Ayat tersebut menyatakan bahwa volume udara di luar angkasa lebih kecil hingga menyesakkan dada manusia.

Alquran juga berisi keajaiban/mukjizat yang memuat hukum paripurna tanpa cacat yang meliputi segala aspek sosial, ekonomi, agama, politik dan aspek lainnya. Visi Alquran tentang kosmos, kehidupan, pola pikir, interaksi, peperangan, perdamaian, pernikahan, ibadah ritual, ekonomi dan visi lainnya juga sangat kompleks, komprehensif dan solid. 

Jangankan seorang yang buta aksara, para ahli jenius dunia pun mustahil mengarang kitab yang begitu sempurna sekelas Alquran. Kepada orang yang menuduh Alquran sebagai karangan Muhammad, bisa dipertanyakan: bila kitab yang mahasempurna itu buatan Muhammad, maka ia bukan manusia!!

Bibel tak Didukung Faktor Keaslian Kitab Suci


Terhadap otentisitas Alquran yang terjamin dan tidak pernah berubah sepanjang masa, tidak membuat sang misionaris mengimani Alquran. Ia keukeuh menuduh Alquran bukan firman Allah. Menurutnya, Alquran tidak pernah berubah bukan karena dijaga Tuhan, tapi karena doktrin kuwalat takhayul ala patung berhala di kuil.

“Ketidakberubahan Quran bukanlah karena Tuhan yang menjaga, tapi karena muslim sendiri yang takut azab kalau sampai merubah ayat-ayat Quran. Itu sama dengan patung berhala yang dipuja di kuil (klenteng Chinese) di mana selama berabad-abad berhala itu posisinya tetap karena tidak boleh digeser, karena ancaman siapapun yang menggesernya akan kualat. Jadi bukan karena dijaga oleh Tuhan tapi manusianya sendiri yang menjaga karena takhayul.”

Tuduhan yang menyamakan kitab suci Alquran dengan berhala di klenteng itu tidak perlu ditanggapi, karena tidak ada gunanya menanggapi halusinasi murahan. Pernyataan bahwa umat Islam tidak berani merubah ayat-ayat Alquran juga tidak perlu dicounter, karena ini adalah pengakuan faktual terhadap komitmen iman umat Islam.

Salah besar klaim bahwa keaslian Alquran tidak dijaga Tuhan, tapi dijaga oleh umat Islam yang takhayul takut kuwalat. Allah sendiri yang membantahnya dengan menggaransi bahwa Dialah yang menjaga Alquran:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alquran dan sesungguhnya Kami yang akan menjaganya” (Qs. Al-Hijr 9).

Salah satu faktor keterpeliharaan Alquran dari segala kekeliruan dan pemalsuan adalah mudahnya Alquran dihafalkan, bukan hanya oleh bangsa Arab saja, tapi juga oleh bangsa non-Arab (‘ajam) seperti Indonesia. Memang Allah memudahkan Alquran yang berbahasa Arab itu untuk dihafal (Qs Al-Qamar 17).

Pada masa Rasulullah SAW, dari halaqah yang disebut sebagai “Madrasah Nabawiyah” melahirkan puluhan penghafal (huffazh) Alquran. Ketika Rasulullah SAW wafat, tak terhitung banyaknya shahabat yang hafal Alquran secara utuh di luar kepala. Tradisi menghafal Alquran ini terus dilestarikan oleh umat Islam hingga sekarang, sehingga setiap generasi lahir banyak penghafal Alquran.

Keberadaan para penghafal Alquran secara turun-temurun mulai dari Rasulullah SAW dengan isnad yang mutawatir ini juga menjadi faktor lain keterpeliharaan Alquran. 
Semua faktor keterpeliraan Alquran itu sama sekali tidak dimiliki oleh Bibel, sehingga banyak terjadi revisi ayat Bibel dalam cetakan tahun lama dengan edisi tahun yang lebih baru, misalnya dalam kitab 1 Raja-raja 4:26 terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI):

Dalam edisi terjemahan lama tahun 1960 tertulis: “Dan lagi adalah pada radja Solaiman empatpuluh ribu kandang akan segala rata baginda dan duabelas ribu orang berkuda.”
Sedangkan dalam terjemahan baru tahun 1979 oleh penerbit yang sama ayat tersebut direvisi menjadi: “Lagipula Salomo mempunyai kuda empat ribu kandang untuk kereta-keretanya dan dua belas ribu orang berkuda.”

Perubahan angka 40.000 menjadi 4.000 itu jelas merombak esensi ayat secara signifikan. Merubah 40.000 menjadi 4.000 itu berarti mengorupsi 90 persen atau 36.000. Sebuah angka yang cukup fantastis, terlebih bila tertera dalam kitab suci firman Tuhan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Tuan Berubah Menjadi Tuhan (dalam bibel)

Yesus hanya diutus kepada bani israel - Bukti Alkitabiyah

YOHANES 13:13 TUHAN atau Tuan