AL-QURAN VS ASTRONOMI
• ASTRONOMI DALAM AL-QURAN
Quran itu penuh dengan pemikiran-pemikiran tentang langit.
Dalam fasal yang lalu yang membicarakan penciptaan alam, kita telah melihat bahwa adanya langit-langit dan bumi-bumi telah disebutkan; begitu juga tentang adanya ciptaan tengah (antara langit dan bumi) yang telah ditunjukkan kebenarannya oleh Sains modern. Ayat-ayat tentang penciptaan alam, telah menunjukkan secara tidak langsung ide umum tentang isi langit-langit, artinya tentang segala sesuatu yang berada di luar bumi kita.
Di samping ayat-ayat yang khusus menggambarkan penciptaan,
ada lebih dari 40 ayat Quran yang memberikan kepada astronomi (ilmu bintang) keterangan-keterangan tambahan, sebagian dari ayat-ayat tersebut hanya merupakan renungan tentang keagungan zat Pencipta dan Pengatur segala sistem bintang-bintang dan planet-planet yang kita ketahui, dan yang dipelihara dalam keseimbangan dengan peraturan yang diketemukan oleh Newton, yaitu peraturan daya tarik antara benda-benda (law of gravitation).
Ayat-ayat pertama yang kita muat di sini tidak akan
memberikan bahan untuk pemikiran ilmiah; maksud ayat-ayat tersebut hanya untuk menarik perhatian kekuasaan Tuhan. Walaupun begitu kita harus menyebutkannya, agar kita memperoleh idea real tentang caranya teks Quran menguraikan organisasi kosmos, 14 abad yang lalu.
Yang saya katakan ini merupakan suatu fakta baru dalam wahyu
Ilahi. Empat Injil dalam Perjanjian Baru dan juga Perjanjian Lama tidak membicarakan pengaturan alam. (Kita sudah membicarakan ketidak benaran riwayat Bibel tentang penciptaan alam secara umum). Tetapi Quran membicarakan soal penciptaan alam dengan panjang. Apa yang dimuat oleh Quran adalah penting, tetapi apa yang tidak dimuat juga penting. Quran tidak memuat teori yang pada waktu Quran diwahyukan merupakan teori yang terhormat tentang pengaturan alam samawi akan tetapi yang oleh Sains telah dibuktikan kesalahannya; nanti kita akan memberikan contoh hal ini. Untuk sementara, aspek negatif ini perlu digaris bawahi.14
• PEMIKIRAN UMUM TENTANG LANGIT
Surat 50 ayat 6, mengenai manusia secara umum:
Artinya: “Apakah mereka tidak melihat akan langit yang
ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinva dan langit-langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun.”
Surat 31 ayat 10:
Artinya: “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang
kamu melihatnya.”
Surat 13 ayat 2:
Artinya: “Allahlah yang meninggikan langit tanpa tiang
(sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayan di atas Arsy dan menundukkan matahari dan bulan.”
Dua ayat yang terakhir ini merupakan sangkalan terhadap
kepercayaan bahwa langit itu dapat bertahan karena ada tiang-tiang yang menegakkannya supaya jangan jatuh di atas bumi.
Surat 55 ayat 7:
Artinya: “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia telah meletakkan neraca (keadilan).
Surat 22 ayat 65:
Artinya: “Dan Dia menahan langit jatuh ke bumi
melainkan dengan izinNya.”
Orang mengetahui bahwa menjauhkan benda-benda samawi dalam
jarak yang sangat besar dan sesuai dengan pentingnya benda-benda tersebut, merupakan dasar daripada keseimbangannya. Lebih jauh benda itu, lebih lemahlah daya yang menarik satu benda kepada benda lainnya. Lebih dekat benda itu, lebih kuat daya tarik di antara mereka; ini adalah kasus bulan yang dekat kepada bumi. Dan bulan itu, dengan daya tariknya mempengaruhi posisi air dalam laut atau fenomena pasang surut. Jika dua benda samawi ini terlalu berdekatan satu dengan lainnya, maka bentrokan tak dapat dielakkan, maka sikap tunduk kepada suatu perintah merupakan syarat mutlak untuk tidak terjadinya kekacauan.
Inilah sebabnya menyerahnya langit-langit kepada perintah Allah seringkali disebutkan.
Surat 23 ayat 86:
Artinya: “Katakanlah Hai Muhammad: Siapa yang empunya
langit yang tujuh dan yang empunya Arsy yang besar?”
Kita telah mengetahui bahwa langit tujuh artinya
langit-langit yang banyak sekali dan tak dapat dibatasi dengan angka. Surat 45 ayat 13:
Artinya: “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai satu rahmat)
daripadaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”
Surat 55 ayat 5:
Artinya: “Dan matahan dan langit {beredar)
menurut perhitungan.”
Surat 6 ayat 96:
Artinya: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam
untuk beristirahat dan menjadikan matahari dan bulan untuk perhitungan.”
Surat 14 ayat 33:
Artinya: “Dan Dia telah menundukkan pula bagimu matahari
dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukan bagimu malam dan siang.”
Di sini, sesuatu ayat menyempurnakan ayat yang lain.
Perhitungan-perhitungan yang disebutkan di sini mengakibatkan peredaran yang teratur dari benda-benda samawi. Hal ini dijelaskan dengan kata “daib” yang berarti bekerja dengan gairah dan mantap. Di sini berarti bahwa matahari dan bulan itu beredar dengan hati-hati, terus menerus. Tidak menyimpang dari peraturan yang diberikan:
Surat 36 ayat 39:
Artinya: “Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir), kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.”
Ini adalah isyarat kepada melengkungnya papah kurma, yang
mengambil bentuk bulan tanggal muda selagi papah itu mengering. Komentar ini akan diteruskan kemudian.
Surat 16 ayat 12:
Artinya: “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintahNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahaminya.”
Quran menyebutkan adanya pengaturan samawi yang sempurna
ini dengan menekankan faedahnya untuk mempermudah gerak manusia di bumi dan di laut, begitu juga untuk mempermudah perhitungan waktu. Hal ini dapat dimengerti dengan mudah jika orang mengingat bahwa Quran pada mulanya merupakan petunjuk bagi sekelompok manusia yang hanya dapat memahami bahasa yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya kita dapatkan pemikiran-pemikiran sebagai berikut:
Surat 6 ayat 97:
Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang
bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.”
Surat 16 ayat 16:
Artinya: “Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (petunjuk jalan).
Dan dengan bintang-bintang itu mereka mendapat petunjuk (untuk lalu lintas).”
Surat 10 ayat 15:
Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan
bulan bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
Di sini ada catatan penting. Bibel memberi sifat kepada
matahari dan bulan dengan kata “yang memberi cahaya”‘matahari dikatakan besar, bumi dikatakan kecil. Quran membedakan antara matahari dan bulan dengan perbedaan-perbedaan yang lain. Memang perbedaan itu hanya perbedaan lafal (verbal). Tetapi bagaimana berbicara kepada orang-orang pada waktu itu, dengan tidak menyesatkan, dengan mengatakan bahwa matahari dan bulan bukan planet yang mempunyai sifat-sifat yang identik.
• SIFAT BENDA-BENDA SAMAWI
MATAHARI DAN BULAN
Matahari adalah cahaya (Diya) dan bulan adalah terang (Nur). Terjemahan semacam ini nampaknya lebih baik dari terjemahan orang-orang yang mencampuradukkan dua kata tersebut. Sesungguhnya perbedaan arti antara dua kata tersebut sangat kecil. Diya berasal dari akar (DWJ) yang menurut kamus Arab Perancis karangan Kazimerski, berarti menyala, mengkilat; tetapi pengarang itu juga memberi arti terang di samping arti cahaya.
Akan tetapi perbedaan antara matahari dan bulan akan diberi penjelasan dengan jalan perbandingan-perbandingan lain:
Surat 25 ayat 6 1 :
Artinya: “Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang dan Dia jadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.”
Surat 71 ayat 15-16:
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat. Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita.”
Surat 78 ayat 12-13:
Artinya: “Dan Kami bina di atas kamu tujuh buah langit yang kokoh Dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari).”
Lampu yang sangat terang adalah pasti matahari. Di sini bulan dilukiskan sebagai benda yang menyinari (munir), dari akar yang sama dengan kata nur (kata terang dipakai untuk bulan). Matahari dibandingkan dengan pelita (siraj) atau lampu yang sangat kuat sinarnya (wakhaj).
Manusia pada zaman Muhammad dapat menerima perbandingan antara matahari, bintang yang membakar yang sangat terkenal oleh orang-orang yang hidup di sahara, dengan bulan, bintang, udara sejuk di waktu malam. Perbandingan tentang hal ini yang kita dapatkan dalam Quran adalah wajar. Yang sangat menarik perhatian dan perlu dicatat di sini ialah keagungan perbandingan, dan tidak terdapatnya dalam teks Quran unsur-unsur perbandingan yang menunjukkan keagungan pada waktu Quran diturunkan tetapi yang nampak pada zaman kita sekarang sebagai khayalan.
Kita mengetahui bahwa matahari adalah suatu bintang yang menghasilkan panas yang hebat serta cahaya, karena terjadi pembakaran di dalamnya, dan kita mengetahui bahwa bulan yang tidak mempunyai cahaya dan dirinya sendiri, hanya memantulkan kembali cahaya yang ia terima dari matahari dan ia sendiri merupakan suatu bintang yang tidak berkegiatan, sedikitnya di lapisan-lapisannya yang di luar. Dalam teks Quran tak ada yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui pada zaman kita ini tentang kedua benda samawi itu.
• BINTANG-BINTANG
Bintang-bintang adalah seperti matahari, benda-benda samawi yang menjadi wadah fenomena fisik bermacam-macam, yang diantaranya yang paling mudah dilihat adalah pembuatan cahaya. Bintang-bintang adalah benda-benda samawi yang mempunyai cahaya sendiri.
Bintang, bahasa ArabnyaNajm disebutkan dalam Quran 13 kali. Kata jamaknya “Nujum” akar kata itu berarti, nampak. Kata itu menunjukkan suatu benda samawi yang dapat kita lihat dengan tidak mengerti lebih jauh apakah benda itu memancarkan cahaya atau hanya memberikan refleks daripada cahaya yang ia terima dari luar. Untuk memberi gambaran yang tepat bahwa suatu benda samawi adalah benda yang kita namakan bintang, kita sebutkan surat 86 ayat 13:
Artinya: “Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari, yaitu bintang yang cahayanya menembus.”
Bintang pada waktu malam diberi sifat dalam Quran dengan kata “tsaqib,” artinya yang membakar, dan membakar diri sendiri dan yang menembus. Di sini menembus kegelapan waktu malam. Kata yang sama “tsaqib,” juga dipakai untuk menunjukkan bintang-bintang yang berekor; ekor itu adalah hasil pembakaran internal.
• PLANET-PLANET
Adalah sukar untuk mengatakan bahwa kata planet-planet itu disebutkan dalam Qur-an dengan arti yang tepat seperti yang kita berikan kepada planet-planet yang kita ketahui sekarang. Planet-planet itu sendiri tidak bercahaya. Planet-planet tersebut beredar sekitar matahari. Bumi kita adalah salah satu dari planet-planet tersebut. Jika ada orang menduga akan adanya planet lain, planet itu halus ada dalam sistem matahari. Dan semenjak dahulu manusia mengetahui planet-planet selain bumi, yaitu: mercury, venus, mars, yupiter, saturnus. Ada lagi tiga planet yang ditemukan kemudian yaitu: uranus, neptunus dan pluton.
Nampaknya Quran menamakan planet itu dengan nama Kaukab. Kata jamaknya Kawakib, tetapi tanpa memberitahukan jumlahnya. Impian Nabi Yusuf menyebutkan sebelas (surat 12 atau surat Yusuf) akan tetapi ini adalah riwayat impian Nabi Yusuf.
Untuk menjelaskan arti kata planet (Kaukab) dalam Quran, kita baca ayat yang sangat masyhur yang arti sesungguhnya nampak bersifat spiritual dan juga dipersoalkan diantara para ahli tafsir Quran. Walaupun begitu, kata itu penting karena ada perbandingan mengenai kata yang menunjukkan “planet.”
Teks tersebut adalah sebagai berikut: Surat 24 ayat 35:
Artinya: “Allah pemberi cahaya (kepada) langit dan bumi.Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara.”
Yang dimaksudkan di sini adalah proyeksi cahaya kepada suatu benda yang merefleksikan (kaca) dengan memberinya kilatan mutiara, sebagaimana planet yang disinari matahari. Ini adalah satu-satunya perinci yang menerangkan arti kata “Kaukab” yang dapat kita jumpai dalam Quran.
Kata Kaukab terdapat juga dalam ayat-ayat lain. Dalam beberapa ayat kita tak dapat menentukan apakah yang dimaksudkan dengan kata itu. (Surat 6 ayat 72, dan surat 82 ayat 1-3).
Akan tetapi dalam suatu ayat terdapat kata”Kawakib” yang menurut pengetahuan modern hanya dapat diartikan planet. Yaitu surat 37 ayat 6:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan yaitu planet-planet.,’
Kalimat Quran: “Langit yang terdekat” dapatkah diartikan: sistem matahari? Kita mengetahui bahwa tak terdapat di antara benda-benda samawi yang terdekat kepada kita selain planet. Matahari adalah bintang satu-satunya dalam sistem ini yang pakai nama. Orang tak dapat mengerti, benda samawi apa gerangan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut, jika bukan planet. Rasanya sudah benar jika kita terjemahkan “Kawakib” dengan “planet;” dan ini berarti bahwa Quran menyebutkan adanya “planet” menurut definisi modern.
• LANGIT YANG TERDEKAT
Berkali-kali Quran menyebutkan kata: “langit yang terdekat” dan benda-benda samawi yang menjadi susunannya, khususnya sebagai yang baru saja kita bahas, planet. Tetapi jika pemikiran-pemikiran spiritual campur dengan soal-soal material yang dapat kita mengerti, arti kata-kata tersebut menjadi sangat kabur meskipun kita sudah memperoleh pengetahuan yang banyak daripada Sains modern.
Dengan begitu maka ayat yang kita cantumkan terakhir dapat mudah dimengerti akan tetapi kalau kita teruskan dengan membaca ayat 7 daripada surat 37 yang berbunyi:
Artinya: “Dan telah memeliharanya dari tiap-tiap syaitan yang sangat durhaka.”
Maka kita merasa telah beralih kepada bidang lain (bukan bidang Sains modern) kata “memelihara” juga terdapat dalam surat 21 ayat 32 dan surat 41 ayat 12.
Bagaimana kita akan mengartikan: Kami jadikan bintang-bintang itu alat pelempar syaitan, yang dilukiskan oleh ayat 5 surat 67 sebagai dalam langit yang terdekat.
Lampu-lampu yang disebut dalam ayat tersebut apakah ada hubungannya dengan bintang berekor yang telah kita bicarakan di atas? Hal-hal ini tempatnya di luar rangka penyelidikan ini. Kita sajikan di sini hal-hal tersebut sekedar untuk menyempurnakan segi-segi tulisan ini, tetapi pada tahap kemajuan ilmu sekarang nampaknya hasil-hasil penyelidikan ilmiah tak dapat memberi petunjuk untuk memahami soal-soal yang berada di luar jangkauan manusia.
• EVOLUSI ALAM SAMAWI
Dengan mengingat ide modern tentang penciptaan kosmos, kita telah menunjukkan evolusi yang terjadi, semenjak dan kelompok asap pertama (nebula) sampai kepada terbentuknya galaksi dan bintang-bintang, dan untuk sistem matahari, sampai timbulnya planet-planet, yaitu dari semenjak matahari pada tingkatan perkembangannya sekarang. Hasil-hasil penyelidikan ilmiah memungkinkan kita untuk berfikir bahwa dalam sistem matahari dan dalam kosmos pada umumnya, evolusi itu masih berlangsung terus
Jika kita mengetahui semua itu, kita tentu akan mendekatkan diri kepada keterangan-keterangan yang terdapat dalam Quran yang dalam rangka menyebutkan manifestasi kekuasaan Tuhan.
Berkali-kali Quran menyebutkan Tuhan telah menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan.
Kita dapatkan kata-kata tersebut dalam surat 13 ayat 2, surat 31 ayat 29, surat 35 ayat 13, surat 39 ayat 15.
Tetapi, ide tentang waktu yang ditentukan dihubungkan dengan ide, tentang tempat yang dituju dalam surat 36 ayat 38.
Artinya: “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya, demikianlah ketetapan yang maha Perkasa lagi maha mengetahui.”
Tempat peredaran yang ditentukan, adalah terjemahan dari kata bahasa Arab mustaqarr. Tak ada sangsi lagi bahwa mustaqarr mengandung arti tempat tertentu.
Bagaimanakah menghadapkan keterangan-keterangan Quran tersebut dengan hasil-hasil penyelidikan Sains modern?
Quran memberikan kepada matahari keadaan yang berkembang (evolutif) dan tempat tujuan. Kepada bulan, Quran juga memberikan keadaan yang sama. Untuk memahami keterangan-keterangan Quran, kita harus menengok kepada pendapat Sains modern yang mengenai evolusi bintang pada umumnya dan evolusi matahari secara khusus, serta yang mengenai formasi samawiyah yang mengikuti gerak matahari dalam angkasa, dengan mengingat bahwa bulan termasuk dalam formasi tersebut.
Matahari adalah suatu bintang yang umurnya diperkirakan oleh ahli astronomi 5 milliar tahun. Sebagai halnya dengan bintang-bintang yang lain matahari mengalami perkembangan. Pada waktu ini pada tahap permulaan, matahari kita kenal sebagai bintang yang merubah hidrogen menjadi atom helium. Keadaan sekarang ini akan berlangsung selama 5.5 milliar tahun menurut perhitungan para ahli yang memprakirakan bagi tiap bintang seperti matahari satu tahap yang lamanya 10 milliar tahun. Setelah tahap pertama, seperti yang telah diamati para ahli-ahli tentang bintang-bintang yang serupa, akan menyusul tahap kedua yang cirinya adalah selesainya perubahan hidrogen menjadi helium. Akibat dari hal tersebut, ialah bahwa lapisan matahari yang di luar akan terbakar, sedang lapisan dalam akan menjadi dingin. Pada tahap akhir, cahaya matahari akan sangat berkurang dan kepadatannya akan bertambah. Hal ini dapat dilihat dalam bintang-bintang dari tipe yang dinamakan: cebol-cebol putih (white dwarfs).
Dari hal-hal tersebut di atas, yang perlu kita perhatikan bukannya tahun-tahun yang hanya digunakan disini untuk memberikan perkiraan, faktor waktu, akan tetapi adalah idea tentang evolusi atau perkembangan. Hasil pengetahuan modern dapat meramalkan bahwa dalam beberapa milliar tahun, kondisi sistem matahari tidak lagi seperti sekarang, sebagaimana dengan bintang-bintang lain yang sudah diamati tahap-tahapnya sampai tahap terakhir, kita dapat melihat selesainya matahari.
Ayat yang kedua (surat 36, ayat 38) menyebutkan matahari mengarah ke tempatnya yang khusus.
Tempat khusus itu telah dibenarkan oleh astronomi modern dan dinamakan Apex matahari; sesungguhnya sistem matahari berkembang dalam angkasa menuju kepada titik dalam konstelasi Hercule, di dekat bintang Zega yang hubungannya sudah diketahui benar; gerak sistem matahari mempunyai kecepatan 19 kilometer per detik.
Perincian-perincian astronomi ini perlu disebutkan di sini berhubung dengan dua ayat tersebut di atas, yang dapat kita katakan sesuai sepenuhnya dengan hasil-hasil Sains modern.
• EKSPANSI KOSMOS
Ekspansi kosmos adalah satu fenomena yang sangat besar yang diungkapkan oleh Sains modern. Ini adalah satu hal yang sudah dibuktikan; segala diskusi tentang hal ini hanya mengenai pola bagaimana ekspansi itu terjadi.
Dengan bertitik tolak dari teori relativitas umum, ekspansi kosmos mendapat dukungan fisik dalam pemeriksaan tentang bayangan (spectrum) galaksi; pergeseran sistematik ke arah bayangan merah dapat diartikan sebagai fakta bahwa galaksi itu saling menjauhkan diri satu daripada yang lain. Dengan begitu maka ekstensi kosmos itu akan selalu membesar, dan pembesaran ini akan lebih penting jika orang berada lebih jauh daripada kita. Kecepatan pergeseran yang terus menerus daripada benda-benda samawi merupakan pecahan dari kecepatan cahaya; tetapi lebih berharga.
Dapatkah ayat Quran selanjutnya (surat 51 ayat 47) yang melukiskan perkataan Tuhan, dihadapkan dengan Sains modern
Artinya: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan Kami, dan Kami meluaskannya.”
Bukankah langit, terjemahan kata “samaa” itu tidak lain daripada alam di luar bumi? Yang kita terjemahkan: “dan Kami meluaskannya” adalah kata fa’il daripada kata kerja ausa’a yang artinya membesarkan, meluaskan, melebarkan.
Beberapa penterjemah Quran, tidak dapat mengetahui arti kata tersebut dan mengartikannya secara keliru, seperti yang dilakukan oleh R. Blachere: “dan Kami penuh dengan kebesaran.” Pengarang-pengarang lain meraba arti itu akan tetapi tak berani mengatakan dengan terang. Hamidullah dalam terjemahan Qurannya berbicara tentang membesarnya langit dan angkasa, akan tetapi dengan membubuhi tanda tanya (?). Tetapi ada beberapa orang yang mempunyai bahan-bahan ilmiah yang sudah disahkan, memberikan arti sebagai yang kita sebutkan di atas. Hal ini terjadi dengan tafsir Muntakhab yang diterbitkan oleh Majlis Tinggi Urusan Islam di Cairo. Buku tersebut menyebutkan soal membesarnya alam ini dengan tidak ragu-ragu.
• MENUNDUKKAN ANGKASA
Terdapat tiga ayat dalam Quran yang perlu sekali kita perhatikan, yang pertama menerangkan secara tegas hal yang dapat dilakukan manusia untuk menundukkan angkasa. Dalam dua ayat lainnya Tuhan menyebutkan bahwa orang-orang kafir Mekah akan sangat terperanjat jika mereka dapat naik ke langit. Hal ini merupakan isyarat kepada suatu hipotesa yang tak akan dikerjakan oleh mereka.
Ayat pertama adalah ayat 33 daripada surat 55:
Artinya: “Hai jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, dan kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (sedang kamu tidak punya kekuatan).”
Terjemahan tersebut memerlukan beberapa penjelasan:
Kata bahasa Perancis (si) (jika) menunjukkan kondisi yang ada hubungannya dengan kenyataan atau dengan hipotesa yang dapat dijelmakan atau hipotesa yang tak dapat dijelmakan. Bahasa Arab lebih mampu menunjukkan perbedaan kondisi tersebut. Ada kata (huruf) yang menunjukkan kejadian yaitu (idza), ada lagi huruf yang menunjukkan hipotesa yang mungkin yaitu (in), ada pula huruf yang menunjukkan hipotesa yang tak mungkin dengan huruf (law). Jadi Qur-an menyebutkan kemungkinan material realisasi yang kongkrit. Keterangan lingustik ini menghilangkan secara tegas kemungkinan interpretasi mistik yang beberapa pengarang lebih condong untuk memberikannya, tetapi hal itu terang salah.
Tuhan mengarahkan pembicaraannya kepada roh (jin) dan kepada manusia, dan tidak kepada hal-hal yang khayali.
Menembus sampai ke bahagian sebaliknya, adalah terjemahan kata kerja (nafadza) yang diikuti dengan huruf (min). Menurut kamus Kasimirski berarti memasuki, melalui dan keluar dari segi lain daripada suatu benda (seperti panah yang menembus). Hal tersebut berarti memasuki dalam dan keluar dari pinggiran lain dari daerah-daerah tertentu.
Kekuasaan (sulthan) yang akan dimiliki manusia untuk melaksanakan proyek ini merupakan kekuasaan yang datang dari Tuhan.16
Tidak syak lagi bahwa ayat tersebut menunjukkan kemungkinan bahwa dikemudian hari manusia akan dapat melakukan apa yang biasanya sekarang kita namakan secara tidak benar “menundukkan angkasa.” Kita perlu memperhatikan juga bahwa teks Quran tidak hanya menyebutkan penetrasi di daerah-daerah samawi, akan tetapi juga penetrasi di bumi, artinya masuk dalam-dalam ke bumi.
Dua ayat lainnya diambil dari surat 15, yakni ayat 14 dan 15. Tuhan membicarakan tentang orang-orang kafir di Mekah, seperti konteks paragraf surat tersebut menerangkan:
Artinya: “Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik keatasnya. Tentulah mereka berkata: Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir.”
Ini adalah suatu keheranan terhadap suatu kejadian yang tak tersangka, berbeda dengan apa yang dapat dikhayalkan oleh manusia.
Kata-kata yang bersyarat di sini memakai huruf (law) yang menunjukkan bahwa hipotesa yang disebutkan tidak akan dilaksanakan bagi mereka yang memperhatikan paragraf ini.
Dalam hal-hal menundukkan “angkasa” kita berhadapan dengan dua teks paragraf Quran; yang satu menunjukkan suatu kejadian yang akan terjadi pada suatu waktu karena kekuasaan yang akan diberikan oleh Tuhan kepada otak dan ketrampilan manusia. Yang lain menunjukkan suatu kejadian yang tidak akan dialami oleh orang-orang kafir di Mekah; inilah sebabnya maka kejadian itu dilukiskan sebagai hal yang tak akan terjadi. Tetapi kejadian itu akan dialami oleh orang-orang lain, seperti yang digambarkan oleh ayat pertama. Ayat ini menggarnbarkan reaksi manusia terhadap suatu kejadian yang tak mereka harapkan tetapi yang akan diberikan kepada astronout-astronout. Reaksi itu adalah pandangan yang penuh dengan kekhawatiran serta perasaan seakan-akan diri mereka kena sihir.
Mulai tahun 1961 para astronout telah mengalami petualangan ini. Tahun 1961 adalah tahun dimana untuk pertama kali manusia dapat terbang mengelilingi bumi. Menurut laporan para astronout tersebut, jika seseorang berada diluar atmosfir bumi, langit tidak lagi nampak biru seperti yang dilihat oleh penduduk bumi, dan yang merupakan hasil fenomena cahaya matahari yang disedot oleh lapisan-lapisan atmosfir. Manusia yang berada diangkasa di luar atmosfir bumi melihat langit itu hitam dan me lihat bumi sebagai terselubung oleh lapisan warna kebiru-biruan yang disebabkan oleh sedotan atmosfir bumi terhadap cahaya matahari. Bulan yang tidak punya atmosfir nampak dengan warnanya sendiri di atas dasar langit yang hitam. Ini adalah pandangan yang sangat baru bagi manusia, pandangan angkasa yang gambar-gambarnya sudah secara umum diketahui manusia sekarang.
Di situ, jika kita menghadapkan teks Quran dengan Sains modern kita akan terpesona dengan ketepatan yang tak mungkin kita duga akan dibawa oleh fikiran seorang manusia yang hidup 14 abad yang lalu.
Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan, dan semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.. :)
Komentar
Posting Komentar